Sunday, July 5, 2015

Handkerchief? Yah, Apapun Itu...


Alhamdulillah...
Akhirnya yang punya blog ini bisa unggah cerita tentang hasta karya sendiri. Tersampaikanlah janji itu, huhu. Yah walaupun ini yang pertama, semoga bukan yang terakhir. Aamiin ^^

Jadi, ceritanya ini pertama kali jahit sebuah sapu tangan. Ups, big picture-nya sih terlihat gampang. Eh, setelah jalan di meja eksekusi, waw, Specta! rupanya butuh kesabaran dan ketelitian ekstra.

Okelah, kembali ke sapu tangan. Sapu tangan ini sebenarnya secara harfiah tidak akan digunakan sebagai sapu tangan. Nah, loh... Hehe.. 



Ini dia kisahnya #sokDramatis

Berhubung penulis sadar kalau penulis mempunyai respiratory system yang cukup agak sedikit lemah (huhu...). Akibatnya, penulis gampang sekali terjangkit flu dan rentan terhadap penyakit serupa. Alhasil, beberapa waktu ini penulis rajin untuk melingkarkan sapu tangan di leher. Penulis biasa melingkarkannya hanya di waktu malam hingga pagi saja. Tujuannya agar leher tidak rentan dingin, sehingga sistem pernafasan lebih hangat.

Nah, hubungannya dengan hasta karya kali ini: keluarga kami bukan keluarga yang gandrung mempergunakan sapu tangan. Karenanya, kamu mungkin hanya akan menemukan satu atau dua buah sapu tangan saja di rumah kami. Maka dari itu, demi bisa berganti-ganti sapu tangan, penulis bertekad membuat yah minimal satulah. Penulis sempat berpikir untuk membeli, tapi kok sepertinya mahal. Baiklah, bertekad dan maju ke meja eksekusi.




Sebagaimana sudah penulis ceritakan di awal, rupanya kain segi empat berukuran kurang dari 50 cm ini susah-susah gampang pengerjaannya. Sehingga, penulis harus banyak menggenggam pendedel. Yuhu, sepertinya penulis bisa daftar jadi anggota Geng Pendedel. Tenang-tenang, geng ini hanya beroperasi untuk mendedel benang dan kain, bukan mendedel yang lain, apalagi hatimu ^^




Jadi, sekian dan terima kasih pemirsa. Bismillah untuk 200 jam project selanjutnya ...

No comments:

Post a Comment