“…aku bilang ke mereka mau ke Pusda,” jelas seorang sahabat kepada
kawannya. “Hah, Pusda? Itu di mana?” jawab kawan sahabatku. Kira-kira inilah
percakapan singkat yang membuka perjalanan sahabatku bersamaku ke Pusda.
Sebelum kita menukik lebih tajam, terlebih dahulu kita
pahami, apa itu sebenarnya Pusda? Kami, warga Lampung atau kalau terlalu
general, penulis ralat, kami pelajar Lampung biasa menyebut Perpustakaan Daerah
dengan akronimnya, yaitu Pusda. Jadi,
Pusda itu adalah singkatan dari Perpustakaan Daerah.
Tapi, tulisan ini bukan sedang bercerita tentang Pusda. Hmmm, boleh dibilang ini tulisan pembuka. Tulisan selanjutnya baru kita akan mengupas tema My Public Library.
Kita kembali ke percakapan singkat tadi ya. Nah percakapan singkat
sekaligus pembuka itu serentak membuatku kaget. Setelah percakapan pembuka itu
ditutup, kawanku merespon kekagetanku. Beliau bilang, “…yah sayang sekali sudah
bertahun-tahun ada di Bandar Lampung (jadi mahasiswa Unila), tapi belum pernah
sama sekali ke Pusda. Baru kali inilah pertama kalinya berkunjung.”
Memang ini bukan masalah fatal, semacam penyakit Ebola yang sedang mewabah seperti
sekarang ini. Hoho Big No No … Tentu
saja bukan! Hanya saja aku merasa mereka telah melewatkan kesempatan emas untuk
menambah daftar tempat kunjungan menyenangkan.
Di sisi lain, tiba-tiba aku disergap rasa bahagia. Mengapa?
Aku tidak pernah menyangka bergaul dengan kawan-kawan pustakawan akan
semenyenangkan ini, hihihi ...
Kalau boleh curcol sebentar
nih, dulu penulis bukan orang yang gemar membaca sebenarnya. Namun, pada suatu
ketika seorang paman menceritakan kisah yang membuatku tak sabar lagi ingin
menyelam dalam dunia baca.
Awalnya aku memang tak begitu merasa istimewa dengan hobi
membaca yang baru dimulai. Tapi setelah jam terbang membaca semakin mengakasa,
aku tahu ada sensasi yang tak bisa dibiaskan dengan frasa atau klausa.
Lantas, Allah di kemudian hari menemukanku dengan
kawan-kawan penuntut Ilmu Perpustakaan. Sama seperti pengalaman membaca,
awalnya biasa saja, namun seiring mengenal ilmu mereka aku menjadi terpukau
dibuatnya.
Semangat mereka mencintai perpustakaan begitu menggelora
sehingga meradiasi sanubari untuk tak mampu menampik kegemilangan perpustakaan.
Bagi mereka, perpustkaan itu “… is the way to Jannah.” Tak heran mereka
bisa membentang horizon cinta yang mencerahkan.
Sungguh, perpustakaan bisa kita hargai lebih mahal dari nilainya
sekadar sebagai gedung penyimpanan buku. Pengelolaan perpustakaan yang baik
dapat menjajikan kemajuan bagi bangsa. Belum percaya?
Seorang dosen dulu pernah menerangkan dalam kuliah Komunikasi Massa, “Negara adidaya bisa
berdaya sebab pengelolaan informasi mereka yang cekatan.” Sementara pengelolaan
informasi yang baik adalah esensi dari ilmu perpustakaan.
Di sudut lain, kawanku pernah bertanya-tanya, “Kenapa ya
film-film produksi Hollywood banyak
yang menggunakan setting perpustakaan?” Bisa menebaknya? Baiklah aku bantu menjawabnya dengan pernyataan dosenku.
Wajar saja demikian, perpustakaan itu bisa dibilang sebagai simbol kedigdayaan
mereka. Sebab perpustakaan itu pusat pengelolaan informasi mereka. Artinya pusat pengelolaan itu menjadi cermin kepandaian atau keteraturan ilmu pengetahuan mereka.
Mengorganisasi informasi bukan perkara mudah dan sepele. Hal
yang terorganisasi atau tertaur dengan izin Allah akan memberikan
dampak yang baik. Ingat? Alam semesta ini tercipta secara terorganisir. Allah
tidaklah menciptakan semesta ini kecuali dengan teratur. Keteraturan itu membiaskan
kebaikan. Demikian halnya, ketika informasi diatur dengan baik, maka kebaikan
(kemajuan) bisa kita dulang.
Nah, kembali ke kasus awal, bagi kalian yang belum sama
sekali mengunjungi perpustakaan daerah (public library) kalian atau bahkan belum tahu, segeralah cari tahu dan mengunjunginya. Segera
raih kesempatan emas untuk bisa berdendang riang dengan buku-buku ilmu.
Selanjutnya, in shaa Allah penulis ingin memperkenalkan My Public Library pada kalian ^^
No comments:
Post a Comment