Kamu sering mersa bosan? Atau kamu memang orang yang
gandrung pada kebosanan? Kalau aku sih memang doyan sama kebosanan. Hmm…
sepertinya kalimat sebelum ini cukup ekstrim. Baiklah, sederhanya aku adalah
orang yang gampang dihempas kebosanan.
Menyadari ini aku terpaksa harus bergelut dengan beragam hal
baru. Beragam hal yang aku maksud di sini cenderung pada kesukaan. Kamu juga
bisa menyebutnya dengan minat, hobi, aktifitas, kebiasaan, atau apapun yang
berkenan di hatimu.
Seiingatku, hal pertama yang aku rasa menyenangkan itu
adalah pergi keluar rumah. Apa kira-kira yang aku lakukan? Yah, karena ini
bukan fantasi, jadi real-nya adalah Pramuka. Hmm… maunya sih bisa berpetualang
ke Narnia, Hogwarts, atau Rivendell (hah, fantasi ini!).
Pramuka mulai menarik minatku sejak kelas 5 SD. Lalu
berlanjutlah minat ini hingga ke bangku SMP. Kenapa aku bisa begitu loyal?
Sebab suatu hari di perkemahan, aku pernah menyaksikan regu yang di mataku
paling keren waktu itu. Bahkan, sejarah mereka begitu mendunia di telingaku
(hehe…).
Mereka adalah Jakus
singkatan dari Jago dan Wikus (Wijaya Kusuma). Dari nama regu
saja menurutku sangat distingtif. Nama yang unik dan dapat dibedakan dari yang
lain. Artinya, nama regu ini untukku jauh dari kesan norak. Bagaimana dan
seperti apa cerita selengkapnya tentang mereka? Mungkin nanti, in shaa Allah bisa penulis bagi di lain
waktu.
Setelah selesai semua perkaraku di SMP. Dengan izin Allah
aku bisa melanjutkan ke jenjang SMA. Di masa ini ada sedikit kesamaan dengan
era SMP. Di SMP selain bergabung dengan Jakus,
aku juga gemar berkecimpung di dunia bahasa Inggris. Ketika SMA, dua minat
tersebut masih melekat erat. Hingga suatu saat aku meninggalkan Pramuka.
Lantas, aku menetap untuk menjelajah zaman bersama EC (English Club) SMA
Negeri 1 Pringsewu.
Berada di EC merupakan masa penuh kenangan dan karya-karya
besar. Walau mungkin menurut orang lain biasa saja. Tapi buatku EC sudah cukup
mengisi segenap hati ini.
Nah, selain itu, di SMA aku juga menyalurkan minat ke
ektrakurikuler Paskibra (Pasukan
Pengibar Bendera). Ekskul ini keren
menurutku pada saat itu. Dalam benakku ia tak jauh bedalah dengan Pramuka. Sayang,
minat yang satu ini hanya aku pertahankan hingga lulus SMA saja. Suatu alasan
tertentu membuatku memillih mundur.
Usai SMA, Allah masih mengizinkanku terus melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di perguruan tinggi, aku mengambil minat
yang mirip-mirip dengan kala SMA. Aku mencoba mendaftarkan diri ke UKM bahasa
Inggris, BEM (dampak pasca OSIS), dan pengalaman yang baru, yaitu masuk ke UKM
keagamaan Islam.
Dari semua hal itu, tak satupun bertahan hingga tulisan ini diterbitkan. Masalah bahasa rasanya bisa aku selesaikan diluar
keikutsertaan dengan mereka. Perkara agamapun bisa aku rengkuh diluar dari
aturan UKM. Tapi, lekangnya aku dari UKM Islami ini tak mengubah persaduaraan
kami jadi tawar. Sementara untuk kasus BEM, aku rasa ambisi politikku tak
se-membuncah dulu, biasa saja, secukupnya saja.
Namun, kembali berbincang tentang kebosanan. Aku sudah
terlanjur populer dengan istilah ini. Mau tak mau aku harus berkenalan dengan
minat-minat baru. Sehingga, aku bisa menghidupi hidup ini dengan penuh arti dan
kesungguhan (duileeeh, huehe…).
Tak repot, dulu ketika masih menyemai persahabatan (sekarang
juga masih, kok) di UKM Islam fakultas, aku menemukan suatu aktifitas menarik. Bidang
kemuslimahan atau keputrian UKM ini mengadakan acara yang menurutku bertajuk
sangat feminim. Suatu hari kami diundang dengan suka cita untuk merajut.
Mulai dari situilah, aku tahu rupanya memang aku punya bakat
dalam hal kerajianan tangan. Secara tidak mengejutkan, bakat ini hasil warisan
dari nenek. Nenekku tukang jahit sepanjang masa. Keahliannya ini ternyata
menurun dan mengalir dalam aliran darahku (hadeeeh…).
Lebih dari itu, aku juga baru men-dicovery bahwa aku ini bukan mahluk visual, melainkan kinestetik.
Jadi, berulah dengan tangan untuk menciptakan berbagai kerajinan memang
sudah jadi warisan kelompok orang kinestetik.
Tidak berhenti di sini saja, aku yang kuliah di Jurusan Ilmu
Komunikasi, dalam suatu waktu harus belajar fotografi. Keharusan ini akhirnya
menumbuhkan minat pada fotografi untuk terus dilestarikan (macam flora fauna
aja yah, hehe…).
Lalu, semakin aku tumbuh meninggalkan masa remaja akhir ini.
Aku kembali meminati hal-hal lain yang sebelumnya tak pernah aku proyeksi.
Seperti misalnya menjahit dan
menulis.
Selain karena bakat, aku mampu menjahit karena dulu di SMP, kami
diajarkan muatan lokal menjahit. Unik sekali sekolah saya itu. Tapi terima
kasih pada pembuat kebijakannya. Aku bisa merasakan manfaat yang begitu berarti
hingga sampai nanti (in shaa Allah…).
Sedangkan, sadar bahwa menulis itu menyenangkan setelah aku
begitu menikmati berbagai tugas yang diberikan dosen. Jadi mahasiswa itu harus
rela mengorbankan jiwa raga untuk selalu menulis (entah petuah lawas dari siapa
ini). Tapi, nyatanya memang demikian. Anehnya, aku justru merasa tertantang.
Aku yang detail
oriented, selalu suka untuk bermain dengan diksi ketika ditantang menulis. Permaianan inilah yang akhirnya
membuatku semakin jauh terjerembab dalam dunia tulis. Sama sekali tidak
merugikan. Untuk paket lengkap dari menulis, ada kegiatan membaca. Namanya
penulis itu tidak bisa tidak harus banyak melahap banyak bacaan.
Di sudut lain, karena aku selalu berminat pada bahasa
Inggris, aku juga akhirnya berminat pada bidang penerjemahan. Sejauh ini aku
gemar menerjemahkan artikel-artikel dari media online. Artikel yang biasa aku terjemahkan adalah artikel dengan genre agama, motivasi, dan inspirasi.
Nah, demikianlah kira-kira cerita tentang aku dan kebosanan.
Dibawah ini aku mau beri lihat kalian daftar minatku selama ini diurutkan
secara historis.
1.
|
Pramuka
|
(Punah)
|
2.
|
Paskibra
|
(Punah)
|
3.
|
English
Club
|
(Punah)
|
4.
|
Politik Kampus
|
(Punah)
|
5.
|
Keagamaan
|
(Lestari)
|
6.
|
Merajut
|
(Lestari)
|
7.
|
Fotografi
|
(Lestari)
|
8.
|
Menjahit
|
(Lestari)
|
9.
|
Menulis
|
(Lestari)
|
10.
|
Penerjemahan
|
(Lestari)
|
11.
|
Membaca
|
(Lestari)
|
Huhu…
Lalla lala… ^.^
No comments:
Post a Comment