Friday, October 3, 2014

Aku dan Kebosanan


Kamu sering mersa bosan? Atau kamu memang orang yang gandrung pada kebosanan? Kalau aku sih memang doyan sama kebosanan. Hmm… sepertinya kalimat sebelum ini cukup ekstrim. Baiklah, sederhanya aku adalah orang yang gampang dihempas kebosanan.

Menyadari ini aku terpaksa harus bergelut dengan beragam hal baru. Beragam hal yang aku maksud di sini cenderung pada kesukaan. Kamu juga bisa menyebutnya dengan minat, hobi, aktifitas, kebiasaan, atau apapun yang berkenan di hatimu.

Seiingatku, hal pertama yang aku rasa menyenangkan itu adalah pergi keluar rumah. Apa kira-kira yang aku lakukan? Yah, karena ini bukan fantasi, jadi real-nya adalah Pramuka. Hmm… maunya sih bisa berpetualang ke Narnia, Hogwarts, atau Rivendell (hah, fantasi ini!).

Pramuka mulai menarik minatku sejak kelas 5 SD. Lalu berlanjutlah minat ini hingga ke bangku SMP. Kenapa aku bisa begitu loyal? Sebab suatu hari di perkemahan, aku pernah menyaksikan regu yang di mataku paling keren waktu itu. Bahkan, sejarah mereka begitu mendunia di telingaku (hehe…).

Mereka adalah Jakus singkatan dari Jago dan Wikus (Wijaya Kusuma). Dari nama regu saja menurutku sangat distingtif. Nama yang unik dan dapat dibedakan dari yang lain. Artinya, nama regu ini untukku jauh dari kesan norak. Bagaimana dan seperti apa cerita selengkapnya tentang mereka? Mungkin nanti, in shaa Allah bisa penulis bagi di lain waktu.

Setelah selesai semua perkaraku di SMP. Dengan izin Allah aku bisa melanjutkan ke jenjang SMA. Di masa ini ada sedikit kesamaan dengan era SMP. Di SMP selain bergabung dengan Jakus, aku juga gemar berkecimpung di dunia bahasa Inggris. Ketika SMA, dua minat tersebut masih melekat erat. Hingga suatu saat aku meninggalkan Pramuka. Lantas, aku menetap untuk menjelajah zaman bersama EC (English Club) SMA Negeri 1 Pringsewu.

Berada di EC merupakan masa penuh kenangan dan karya-karya besar. Walau mungkin menurut orang lain biasa saja. Tapi buatku EC sudah cukup mengisi segenap hati ini.

Nah, selain itu, di SMA aku juga menyalurkan minat ke ektrakurikuler Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera). Ekskul ini keren menurutku pada saat itu. Dalam benakku ia tak jauh bedalah dengan Pramuka. Sayang, minat yang satu ini hanya aku pertahankan hingga lulus SMA saja. Suatu alasan tertentu membuatku memillih mundur.

Usai SMA, Allah masih mengizinkanku terus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di perguruan tinggi, aku mengambil minat yang mirip-mirip dengan kala SMA. Aku mencoba mendaftarkan diri ke UKM bahasa Inggris, BEM (dampak pasca OSIS), dan pengalaman yang baru, yaitu masuk ke UKM keagamaan Islam.

Dari semua hal itu, tak satupun bertahan hingga tulisan ini diterbitkan. Masalah bahasa rasanya bisa aku selesaikan diluar keikutsertaan dengan mereka. Perkara agamapun bisa aku rengkuh diluar dari aturan UKM. Tapi, lekangnya aku dari UKM Islami ini tak mengubah persaduaraan kami jadi tawar. Sementara untuk kasus BEM, aku rasa ambisi politikku tak se-membuncah dulu, biasa saja, secukupnya saja.

Namun, kembali berbincang tentang kebosanan. Aku sudah terlanjur populer dengan istilah ini. Mau tak mau aku harus berkenalan dengan minat-minat baru. Sehingga, aku bisa menghidupi hidup ini dengan penuh arti dan kesungguhan (duileeeh, huehe…).

Tak repot, dulu ketika masih menyemai persahabatan (sekarang juga masih, kok) di UKM Islam fakultas, aku menemukan suatu aktifitas menarik. Bidang kemuslimahan atau keputrian UKM ini mengadakan acara yang menurutku bertajuk sangat feminim. Suatu hari kami diundang dengan suka cita untuk merajut.

Mulai dari situilah, aku tahu rupanya memang aku punya bakat dalam hal kerajianan tangan. Secara tidak mengejutkan, bakat ini hasil warisan dari nenek. Nenekku tukang jahit sepanjang masa. Keahliannya ini ternyata menurun dan mengalir dalam aliran darahku (hadeeeh…).

Lebih dari itu, aku juga baru men-dicovery bahwa aku ini bukan mahluk visual, melainkan kinestetik. Jadi, berulah dengan tangan untuk menciptakan berbagai kerajinan memang sudah jadi warisan kelompok orang kinestetik.

Tidak berhenti di sini saja, aku yang kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, dalam suatu waktu harus belajar fotografi. Keharusan ini akhirnya menumbuhkan minat pada fotografi untuk terus dilestarikan (macam flora fauna aja yah, hehe…).

Lalu, semakin aku tumbuh meninggalkan masa remaja akhir ini. Aku kembali meminati hal-hal lain yang sebelumnya tak pernah aku proyeksi. Seperti misalnya menjahit dan  menulis.

Selain karena bakat, aku mampu menjahit karena dulu di SMP, kami diajarkan muatan lokal menjahit. Unik sekali sekolah saya itu. Tapi terima kasih pada pembuat kebijakannya. Aku bisa merasakan manfaat yang begitu berarti hingga sampai nanti (in shaa Allah…).

Sedangkan, sadar bahwa menulis itu menyenangkan setelah aku begitu menikmati berbagai tugas yang diberikan dosen. Jadi mahasiswa itu harus rela mengorbankan jiwa raga untuk selalu menulis (entah petuah lawas dari siapa ini). Tapi, nyatanya memang demikian. Anehnya, aku justru merasa tertantang.

Aku yang detail oriented, selalu suka untuk bermain dengan diksi ketika ditantang menulis. Permaianan inilah yang akhirnya membuatku semakin jauh terjerembab dalam dunia tulis. Sama sekali tidak merugikan. Untuk paket lengkap dari menulis, ada kegiatan membaca. Namanya penulis itu tidak bisa tidak harus banyak melahap banyak bacaan.

Di sudut lain, karena aku selalu berminat pada bahasa Inggris, aku juga akhirnya berminat pada bidang penerjemahan. Sejauh ini aku gemar menerjemahkan artikel-artikel dari media online. Artikel yang biasa aku terjemahkan adalah artikel dengan genre agama, motivasi, dan inspirasi.

Nah, demikianlah kira-kira cerita tentang aku dan kebosanan. Dibawah ini aku mau beri lihat kalian daftar minatku selama ini diurutkan secara historis.

1.
Pramuka
(Punah)
2.
Paskibra
(Punah)
3.
English Club
(Punah)
4.
Politik Kampus
(Punah)
5.
Keagamaan
(Lestari)
6.
Merajut
(Lestari)
7.
Fotografi
(Lestari)
8.
Menjahit
(Lestari)
9.
Menulis
(Lestari)
10.
Penerjemahan
(Lestari)
11.
Membaca
(Lestari)


Huhu…
Lalla lala…            ^.^



No comments:

Post a Comment